01 Mei 2009

1 atau 2 orang tua yang bekerja?


Aku beli buku ini sewaktu di Semarang, Beli bukunya juga karena ada discount:>Ternyata setelah kubaca, bukunya bagus banget. Emang sich gak semua bisa diterapkan di sini karena buku itu menceritakan tentang bagaimana mengelola keuangan dalam Rumah Tangga hanya dengan 1 pemasukan di Amerika tetapi ada beberapa point yang bisa kita ambil.

Dalam buku itu dikatakan kalo si Penulis tidak menghakimi pasangan menikah yang keduanya bekerja ataupun salah satu yang bekerja...Penulis hanya ingin membagikan pengalamannya bahwa hidup berumah tangga dengan 1 pemasukan (suami atau istri yang bekerja) itu bisa dilakukan di zaman sekarang ini.

Di zaman sekarang ini kebutuhan hidup emang cukup banyak dan cukup menguras isi dompet...apalagi untuk memenuhi gaya hidup seseorang, belum lagi prestige......emang untuk berkeluarga dengan 1 pemasukan dibutuhkan pengorbanan yang cukup besar tapi kurasa itu layak untuk dikorbankan apalgi setelah mempunyai anak. Ada yang bilang kita bekerja untuk anak..untuk mencukupi kebutuhan anak...tetapi apakah alasan itu benar ataukan anak hanya dijadikan tameng? Mungkin saja ada yang merasa kalau menjadi ibu rumah tangga bukan bekerja namanya....Mungkin ada yang merasa gak betah di rumah saja hanya mengurusi anak dan rumah atau mungkin saja memang untuk mencukupi kebutuhan hidup atau gaya hidup.

Aku hanya ingin sharing saja.....ketika hamil dan masih bekerja di RSIA Hermina walaupun gak setiap hari sich. Ketika ada pasien anak datang untuk mendapatkan pengobatan, anak biasanya sulit kooperatif dan membutuhkan pendampingan ketika pemeriksaan dilakukan. Dari sekian banyak pasien anak, hampir semuanya menggunakan baby sitter, Dan apa yang terjadi? Hampir separo dari pasien anak yang mempunyai babysitter memanggil baby sitternya untuk meminta pertolongan bukannya mencari orang tuanya. Kedua, ketika dilakukan anamnesa bukannya orang tua yang menjawab tetapi baby sitter yang lebih tahu. Kedua kejadian itu, hampir semuanya dikarenakan suami-istri yang bekerja. Hiks melihat hal itu, rasanya sayang kalau anakku nantinya seperti itu karena aku susah2 hamil dan melahirkan denga susah payah dan kesakitan yang luar biasa.Pasti sakit hati. Karena alasan itu, aku kemudian memutuskan untuk tidak bekerja di luar rumah.

Emang 1 atau 2 penghasilan cukup mempengaruhi? Ternyata menurut buku yang kubaca tidak mempengaruhi..Karena dengan 2 penghasilan...uang akan banyak terbuang karena pengeluaran yang tidak perlu, misalnya saja menggaji baby sitter, biaya transportasi, biaya untuk penampilan ketika bekerja, makan siang di luar mungkin...yang semuanya itu sebenarnya bisa dialokasikan ke pengeluaran yang mungkin saja lebih dibutuhkan.

Salah satu orang tua (biasanya Ibu) yang tidak bekerja, sebenarnya malah bekerja 24 jam. Karena harus menjadi manajer, akuntasi, koki, supir, pembantu dalam keluarganya dan kurasa tugas itu jauh lebih berat dibanding di kantor. Yach walaupun tidak bergensi seperti di kanator tetapi hasil yang didapat sangatlah layak. Keluarga yang dekat satu sama lain, anak menjadi dekat dengan orang tua bukannya menjadi anak baby sitter atau kakek-neneknya, dan kita bisa melakukan hobi kita.

Atau bekerja di rumah...Banyak penghasilan yang bisa dimulai dari rumah. Dan kurasa itu layak untuk dilakukan. Kita bisa bekerja sambil mengatur rumah dan melihat langsung perkembangan anak kita, mendidik anak kita secara langsung. Kurasa itu lebih layak untuk dipertimbangkan. Kurasa hasil yang akan didapat nantinya lebih berharga. Anak lebih membutuhkan orang tuanya dibanding uang orang tuanya.



Tidak ada komentar: